Ustadz Ihya Asal Purwakarta, Ajarkan Syahdunya Islam di Perbatasan Indonesia-Malaysia hingga Inggris Raya
Inspirasi

Ustadz Ihya Asal Purwakarta, Ajarkan Syahdunya Islam di Perbatasan Indonesia-Malaysia hingga Inggris Raya

Hei kamu Urang Purwakarta Terbaik!Purwakarta ternyata memiliki sosok Da'i muda yang prestasi dan kontribusi nya dalam menyebarkan syiar Islam begitu menginspirasi bernama Ustadz Ihya Ulumudin.Ustadz Ihya lahir pada 7 Januari 1988. Ia adalah salah satu Da'i Millenial asal Purwakarta yang pada tahun 2019 pernah dikirim oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bekerjasama dengan British Council dan MUI Jawa untuk menyebarkan dan mewartakan Islam Wasathiyah ke pentas dunia, salah satunya ke United Kingdom.Saat di Inggris beliau mengisi kajian-kajian Islam Wasathiyah dan berdialog di beberapa komunitas besar di UK, diantaranya; Komunitas Muslim Barat, Komunitas Lintas Agama Dunia, Komunitas Akademisi, termasuk di Parlemen Inggris sebari mempromosikan syahdunya Islam yang damai, Islam yang toleran terhadap keberagaman.Bahkan di ramadhan tahun 2022 ini pun beliau kembali dipercaya oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) bersama 8 (Delapan) Dai Milenial dari berbagai wilayah di Indonesia untuk mengajarkan kesyahduan Islam di Perbatasan Indonesia-Malaysia.Berbagai kegiatan syiar Islam pub dilakukan Ustadz Ihya selama di perbatasan Indonesia-Malaysia mulai dari guru ngaji bagi anak-anak hingga orang tua hingga menjadi tempat 'curhat' warga masyarakat mengenai Islam.Tidak hanya tentang agama, Ustadz Ihya juga bertugas untuk menjelaskan keberagaman budaya Indonesia, khususnya budaya Tanah Pasundan, budaya Sunda.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta

Mengenal R. Soejono Hadipranoto, Bupati Purwakarta Pertama Pimpin Upacara Bendera 1945 di Karawang
Inspirasi

Mengenal R. Soejono Hadipranoto, Bupati Purwakarta Pertama Pimpin Upacara Bendera 1945 di Karawang

Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Menelusuri kisah jelang kemerdekaan Indonesia, tidak terlepas dari sosok Raden Soejono Hadipranoto, Bupati Purwakarta pertama yang menjadi pemimpin upacara penurunan bendera Jepang, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, Karawang.Koordinator Forum Pemuda Peduli Sejarah Karawang Dharma Putra Gotama mengungkapkan ada fakta yang terlupakan dalam peristiwa dibawanya rombongan Soekarno ke Rengasdengklok, Karawang, pada 16 Agustus 1945 oleh kaum muda. Yakni, peristiwa penurunan bendera Hinomaru atau Jepang, sebelum proklamasi secara resmi dikumandangkan di Jakarta.Pada Kamis pagi tanggal 16 Agustus 1945, terjadilah peristiwa yang sangat heroik, dan bersejarah, yakni saat seorang Shonco atau Camat, Raden Soejono Hadipranoto memimpin upacara bendera Merah Putih, dengan maksud mengabarkan bahwa Indonesia telah merdeka, dari penjajahan Jepang. Upacara berlangsung di Halaman Kantor Kewedanaan Rengasdengklok dengan menaikan bendera Merah Putih sekaligus menurunkan bendera Hinomaru atau Jepang.Dalam upacara tersebut, dihadiri juga oleh banyak kalangan, dari petani, pedagang, dan aparat desa"Namun, sosok Hadipranoto ini jarang orang mengetahuinya, saat saya menelusurinya, saya mendapatkan sebuah arsip, dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta tahun 2015, yang menuliskan bahwa Hadipronoto pada tanggal 2 Juni 1950, pemerintah pusat mengeluarkan PP No. 10 tahun 1950 yang membubarkan Badan Pekerja Darurat Kabupaten Karawang Timur. Sesuai Keputusan Gubernur Jawa Barat No.4/ UH/GDB/50 diangkatlah seorang Pejabat Bupati Raden Soejono Hadipranoto sebagai pemegang kekuasaan eksekutif yang kemudian menjadi Bupati Kabupaten Purwakarta pertama, yang berkedudukan di Subang," tuturnya.Setelah itu, pada tanggal 29 Juni 1968, dikeluarkanlah UU No.4 tahun 1968 yang membagi Kabupaten Purwakarta menjadi dua yaitu Kabupaten Purwakarta yang berkedudukan di Purwakarta dan Kabupaten Subang yang berkedudukan di Subang.Sayangnya, hal ini banyak masyarakat tidak tau, dan sosok Hadipranoto pun, tidak pernah dikenal sebagai salah satu bagian dari pahlawan.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta!

Khais Prayoga, Doktor Muda Sang Ahli Teh dan Kina Asal Purwakarta
Inspirasi

Khais Prayoga, Doktor Muda Sang Ahli Teh dan Kina Asal Purwakarta

Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Tidak banyak yg tahu kalo Purwakarta punya seorang ahli dibidang tanaman Teh dan Kina? Dia bernama Muhamad Khais Prayoga dengan nama akun Instagram @mangdoktor lahir di Purwakarta pada 11 Maret 1990. Khais berhasil memperoleh gelar Doktor Ilmu Pertanian Faperta Universitas Padjajaran (UNPAD) dan saat ini menjadi peneliti bidang Pemuliaan Tanaman di Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK).Mengawali karirnya di PPTK, Khais yang asli Sindangkasih dan alumni SMP 6 Purwakarta ini sempat tidak lolos tahun 2012. Namun, dia tidak menyerah dan mencoba kembali tahun 2019 hingga akhirnya diterima.Kecintaannya pada teh tidak hanya mengantarkanya memperoleh gelar doktor di usia muda, tapi juga mendapatkan berbagai apresiasi di tingkat internasional, seperti manajemen penelitian di Humboldt Universitaet zu Berlin di Jerman tahun 2018. Khias juga menjadi pembicara dalam seminar internasional di University of Warsaw, Polandia tahun 2019 hingga mendapatkan Award dari Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology dan Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia.Proses menjadi seorang ahli dibidang Teh dan Kina pun dilalui dengan tidak mudah. Mulai dari perjuangan mencari beasiswa, membagi waktu antara keluarga dan pendidikan. Khais juga sampai mendapatkan cibiran saat hendak memutuskan untuk meneruskan ke jenjang S3. "Keur naon sakola luhur2, digawe heula meningan mah geus gawe mah gampang rek neruskeun oge". Tapi Khais tetap fokus memegang prinsip bahwa peluang tidak akan datang dua kali. Meungpeung ngora keneh, jang cita-cita mah "hajar" weh! Tegasnya.Khais melihat Purwakarta sebagai salah satu kabupaten sentra teh di Jawa Barat. Banyak perkebunan rakyat yang kualitas teh sae pisan. Bahkan beberapa di antaranya sudah bisa ekspor ke luar negeri. Hal ini didukung kondisi geografis kampung halaman Purwakarta yang mendukung tumbuh dan berkembangnya teh secara optimal.Khais berpesan untuk Mangbro dan Tehsist anak muda Purwakarta untuk tetap semangat mengejar cita-cita dengan tentunya tetap memohon ridho kedua orang tua. Nah, setelah sukses kudu tetap bangga jadi Urang Purwakarta dimanapun nanti berada.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta!

Mengenang KH. Adang Badrudin, Ajengan Kharismatik Asal Purwakarta
Inspirasi

Mengenang KH. Adang Badrudin, Ajengan Kharismatik Asal Purwakarta

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Salah satu tokoh NU Jawa Barat yaitu KH. Adang Badrudin wafat pada senin (3/8) kemarin. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta yang merupakan salah satu pesantren tertua dan terbesar di Purwakarta.Pesantren Cipulus didirikan pada tahun 1840 oleh K.H Ahmad Bin Kyai Nurkoyyim (Ajengan Emed). Beliau adalah santri Maulana Syekh Maulana Yusuf, Ulama dan pahlawan besar di Jawa Barat pada awal abad Ke-19.Setelah Ajengan Emed wafat pesantren ini diteruskan oleh keturunan beliau, seperti KH. Nasyir, KH. M Arief, Kyai Sueb, KH. Masduki dan KH. Zaenal Abidin.Demi menyelamatkan keberadaan pesantren dan para santrinya dari pemberontakan DI/TII pada tahun 1957, KH. Zaenal Abidin yang memimpin pesantren saat itu membubarkan pesantren.Pada tahun 1963 setelah situasi aman KH. Izuddin putra dari KH. Sueb yang pernah memimpin pesantren tersebut kembali membangun pesantren Cipulus.Hingga tahun 1975 atas saran para tokoh, KH. Izuddin merubah nama pesantren Suka Laksana menjadi Pesantren Al-Hikamussalafiyah.Pada tanggal 15 Mei 1985, bupati Purwakarta menetapkan pesantren Cipulus sebagai Pusat Informasi Pesantren (PIP) yang bertujuan memajukan pendidikan pesantren di Purwakarta.Sesudah wafatnya KH. Izzuddin pada tahun 1999, tonggak kepemimpinan dipegang penuh oleh menantunya yaitu Al-mukarrom KH. Adang Badruddin (Abah Cipulus).Dibawah kepemimpinan Abah Cipulus pesantren Al-Hikamusssalafiyah semakin terkenal dan maju, hingga pada 2017 lalu presiden Joko Widodo mengunjungi pesantren ini.KH. Adang Badrudin juga dikenal sebagai Ketua Umum Forum Silaturahim Guru Ngaji Nusantara (FSGN Nusantara).KH. Adang Badurdin (Abah Cipulus) wafat di usia 77 tahun. Ribuan pelayat mengiringi pemakaman beliau di komplek pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta

Prof. Himendra, Mantan Pemain PERSIB dan Rektor UNPAD Kelahiran Purwakarta
Inspirasi

Prof. Himendra, Mantan Pemain PERSIB dan Rektor UNPAD Kelahiran Purwakarta

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Mantan pemain Persib sekaligus Rektor Universitas Padjadjaran periode 1998-2007, Prof Abdullah Himendra Wargahadibrata meninggal dunia pada usia 77 tahun di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, hari Kamis (13/2/2020) lalu, pada pukul 22.10 WIB.Almarhum merupakan rektor ke-9 Unpad. Beliau merupakan guru besar bidang anestesi pada Fakultas Kedokteran Unpad.Prof Himendra lahir di Purwakarta, 11 Februari 1943. Almarhum menjalani studi di Fakultas Kedokteran Unpad pada tahun 1961.Selain tercatat sebagai akademisi, almarhum tercatat menjadi pesepakbola pada kesebelasan Persib pada 1962. Bahkan almarhum menjadi salah satu pemain Timnas Junior Indonesia.Ada tiga pertandingan besar yang dihadapi Himendra saat di Timnas, yaitu Asian Games 1962, Merdeka Games, dan Ganefo 1964.Walau karier sepakbolanya melejit, Himendra memilih melanjutkan studi di FK Unpad. Ia pun gantung sepatu pada 1973 dan memilih mengabdi sebagai dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin dan akademisi di Unpad.Meski demikian, Himendra tetap aktif menyuarakan semangat dan pemikirannya kepada rekan-rekan di Persib Bandung.Himendra kemudian terpilih sebagai Rektor ke-9 Unpad pada 1998. Selama 9 tahun kepemimpinannya sebagai rektor, banyak capaian yang diraih Unpad.Salah satunya mengirim delegasi kesenian Unpad untuk tampil di sejumlah negara di Eropa.Almarhum pun dikenal sebagai sosok yang ramah dan baik di mata sivitas akademika, tenaga kependidikan, dan koleganya.Saat menyampaikan pidato purnabaktinya yang digelar di Auditorium Rumah Sakit Pendidikan Unpad, pada 11 Februari 2013 silam, Himendra menegaskan, pemimpin yang baik tidak hanya mengandalkan kemampuan intelektualnya, tetapi juga amanah, beriman, dan berakhlak mulia.Salah satu harapan Himendra adalah akademisi Unpad tidak menjadi “menara gading” yang terbenam di laboratorium dan mengacuhkan masyarakat sekitar. Amanah sebagai kaum intelektual harus dijunjung tinggi.Usai penyampaian penghormatan terakhir, almarhum dimakamkan di komplek pemakaman Syekh Datuk Kahfi Gunung Djati Cirebon.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta

Tentang

Urang Purwakarta adalah Platform anak muda yang memuat seputar informasi Purwakarta.

Instagram

Keranjang
Keranjangmu Kosong Nih!
Yuk! bantu isi keranjang biar saya senang :)