Khais Prayoga, Doktor Muda Sang Ahli Teh dan Kina Asal Purwakarta
Inspirasi

Khais Prayoga, Doktor Muda Sang Ahli Teh dan Kina Asal Purwakarta

Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Tidak banyak yg tahu kalo Purwakarta punya seorang ahli dibidang tanaman Teh dan Kina? Dia bernama Muhamad Khais Prayoga dengan nama akun Instagram @mangdoktor lahir di Purwakarta pada 11 Maret 1990. Khais berhasil memperoleh gelar Doktor Ilmu Pertanian Faperta Universitas Padjajaran (UNPAD) dan saat ini menjadi peneliti bidang Pemuliaan Tanaman di Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK).Mengawali karirnya di PPTK, Khais yang asli Sindangkasih dan alumni SMP 6 Purwakarta ini sempat tidak lolos tahun 2012. Namun, dia tidak menyerah dan mencoba kembali tahun 2019 hingga akhirnya diterima.Kecintaannya pada teh tidak hanya mengantarkanya memperoleh gelar doktor di usia muda, tapi juga mendapatkan berbagai apresiasi di tingkat internasional, seperti manajemen penelitian di Humboldt Universitaet zu Berlin di Jerman tahun 2018. Khias juga menjadi pembicara dalam seminar internasional di University of Warsaw, Polandia tahun 2019 hingga mendapatkan Award dari Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology dan Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia.Proses menjadi seorang ahli dibidang Teh dan Kina pun dilalui dengan tidak mudah. Mulai dari perjuangan mencari beasiswa, membagi waktu antara keluarga dan pendidikan. Khais juga sampai mendapatkan cibiran saat hendak memutuskan untuk meneruskan ke jenjang S3. "Keur naon sakola luhur2, digawe heula meningan mah geus gawe mah gampang rek neruskeun oge". Tapi Khais tetap fokus memegang prinsip bahwa peluang tidak akan datang dua kali. Meungpeung ngora keneh, jang cita-cita mah "hajar" weh! Tegasnya.Khais melihat Purwakarta sebagai salah satu kabupaten sentra teh di Jawa Barat. Banyak perkebunan rakyat yang kualitas teh sae pisan. Bahkan beberapa di antaranya sudah bisa ekspor ke luar negeri. Hal ini didukung kondisi geografis kampung halaman Purwakarta yang mendukung tumbuh dan berkembangnya teh secara optimal.Khais berpesan untuk Mangbro dan Tehsist anak muda Purwakarta untuk tetap semangat mengejar cita-cita dengan tentunya tetap memohon ridho kedua orang tua. Nah, setelah sukses kudu tetap bangga jadi Urang Purwakarta dimanapun nanti berada.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta!

Mengenang KH. Adang Badrudin, Ajengan Kharismatik Asal Purwakarta
Inspirasi

Mengenang KH. Adang Badrudin, Ajengan Kharismatik Asal Purwakarta

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Salah satu tokoh NU Jawa Barat yaitu KH. Adang Badrudin wafat pada senin (3/8) kemarin. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta yang merupakan salah satu pesantren tertua dan terbesar di Purwakarta.Pesantren Cipulus didirikan pada tahun 1840 oleh K.H Ahmad Bin Kyai Nurkoyyim (Ajengan Emed). Beliau adalah santri Maulana Syekh Maulana Yusuf, Ulama dan pahlawan besar di Jawa Barat pada awal abad Ke-19.Setelah Ajengan Emed wafat pesantren ini diteruskan oleh keturunan beliau, seperti KH. Nasyir, KH. M Arief, Kyai Sueb, KH. Masduki dan KH. Zaenal Abidin.Demi menyelamatkan keberadaan pesantren dan para santrinya dari pemberontakan DI/TII pada tahun 1957, KH. Zaenal Abidin yang memimpin pesantren saat itu membubarkan pesantren.Pada tahun 1963 setelah situasi aman KH. Izuddin putra dari KH. Sueb yang pernah memimpin pesantren tersebut kembali membangun pesantren Cipulus.Hingga tahun 1975 atas saran para tokoh, KH. Izuddin merubah nama pesantren Suka Laksana menjadi Pesantren Al-Hikamussalafiyah.Pada tanggal 15 Mei 1985, bupati Purwakarta menetapkan pesantren Cipulus sebagai Pusat Informasi Pesantren (PIP) yang bertujuan memajukan pendidikan pesantren di Purwakarta.Sesudah wafatnya KH. Izzuddin pada tahun 1999, tonggak kepemimpinan dipegang penuh oleh menantunya yaitu Al-mukarrom KH. Adang Badruddin (Abah Cipulus).Dibawah kepemimpinan Abah Cipulus pesantren Al-Hikamusssalafiyah semakin terkenal dan maju, hingga pada 2017 lalu presiden Joko Widodo mengunjungi pesantren ini.KH. Adang Badrudin juga dikenal sebagai Ketua Umum Forum Silaturahim Guru Ngaji Nusantara (FSGN Nusantara).KH. Adang Badurdin (Abah Cipulus) wafat di usia 77 tahun. Ribuan pelayat mengiringi pemakaman beliau di komplek pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta

Prof. Himendra, Mantan Pemain PERSIB dan Rektor UNPAD Kelahiran Purwakarta
Inspirasi

Prof. Himendra, Mantan Pemain PERSIB dan Rektor UNPAD Kelahiran Purwakarta

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Mantan pemain Persib sekaligus Rektor Universitas Padjadjaran periode 1998-2007, Prof Abdullah Himendra Wargahadibrata meninggal dunia pada usia 77 tahun di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, hari Kamis (13/2/2020) lalu, pada pukul 22.10 WIB.Almarhum merupakan rektor ke-9 Unpad. Beliau merupakan guru besar bidang anestesi pada Fakultas Kedokteran Unpad.Prof Himendra lahir di Purwakarta, 11 Februari 1943. Almarhum menjalani studi di Fakultas Kedokteran Unpad pada tahun 1961.Selain tercatat sebagai akademisi, almarhum tercatat menjadi pesepakbola pada kesebelasan Persib pada 1962. Bahkan almarhum menjadi salah satu pemain Timnas Junior Indonesia.Ada tiga pertandingan besar yang dihadapi Himendra saat di Timnas, yaitu Asian Games 1962, Merdeka Games, dan Ganefo 1964.Walau karier sepakbolanya melejit, Himendra memilih melanjutkan studi di FK Unpad. Ia pun gantung sepatu pada 1973 dan memilih mengabdi sebagai dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin dan akademisi di Unpad.Meski demikian, Himendra tetap aktif menyuarakan semangat dan pemikirannya kepada rekan-rekan di Persib Bandung.Himendra kemudian terpilih sebagai Rektor ke-9 Unpad pada 1998. Selama 9 tahun kepemimpinannya sebagai rektor, banyak capaian yang diraih Unpad.Salah satunya mengirim delegasi kesenian Unpad untuk tampil di sejumlah negara di Eropa.Almarhum pun dikenal sebagai sosok yang ramah dan baik di mata sivitas akademika, tenaga kependidikan, dan koleganya.Saat menyampaikan pidato purnabaktinya yang digelar di Auditorium Rumah Sakit Pendidikan Unpad, pada 11 Februari 2013 silam, Himendra menegaskan, pemimpin yang baik tidak hanya mengandalkan kemampuan intelektualnya, tetapi juga amanah, beriman, dan berakhlak mulia.Salah satu harapan Himendra adalah akademisi Unpad tidak menjadi “menara gading” yang terbenam di laboratorium dan mengacuhkan masyarakat sekitar. Amanah sebagai kaum intelektual harus dijunjung tinggi.Usai penyampaian penghormatan terakhir, almarhum dimakamkan di komplek pemakaman Syekh Datuk Kahfi Gunung Djati Cirebon.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta

Mak Ijoh dan Sejarah Kejayaan Buah Pala di Purwakarta
Inspirasi

Mak Ijoh dan Sejarah Kejayaan Buah Pala di Purwakarta

Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Dikutip dari artikel asli Kompas.com. Di Desa Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Mak Ijoh (70) merupakan legenda pembuatan pala.Mak Ijoh adalah salah satu perintis pada tahun 1993. Saat itu, banyak daging buah pala terbuang setelah diambil bijinya. Awalnya, ia hanya iseng, mengumpulkan daging pala dan diolah jadi manisan.Mak Ijoh yang hanya tamatan SD, belajar otodidak untuk membuat manisan yang sudah digelutinya selama 26 tahun. Setiap bulanya Mak Ijoh mampu memproduksi 80 kilogram manisan pala. Produknya dijual di rumah dan dititipkan di pusat oleh-oleh dengan harga Rp 50.000 per kilogram. Berkat pala, ia mampu membangun rumah bahkan naik haji.Mak Ijoh sangat dikenal tak pelit membagi ilmu. Dengan senang hati ia mengajari tetangga yang berminat belajar membuat manisan. Ia juga kerap diajak staf pemerintah daerah berkeliling untuk memberikan pelatihan tentang pembuatan manisan pala.Buah Pala tidak tumbuh begitu saja di Purwakarta. Pemerhati sejarah Purwakarta, Ahmad Said Widodo, menambahkan, tanaman itu diduga dibawa Belanda dari Banda pada masa tanam paksa era tahun 1830-1870. Penyebaran pala ke daerah lain dilakukan karena kas Pemerintah Kolonial Hindia Belanda terkuras habis dan mengalami kerugian akibat Perang Jawa sepanjang 1825-1830.Padahal pada masa itu, Pala sedang betjaya. Berbagai catatan perjalanan para petualang Eropa menyebutkan, nilai segenggam biji pala setara dengan segenggam emas.Setelah sempat menjadi emas hijau, harga pala perlahan anjlok. Kini, harga biji pala hanya laku Rp 50.000 per kilogram. Sementara harga emas saat ini lebih dari Rp 700.000 per gram. .Di usia yang kian senja, Ijoh berharap, anak cucunya tetap meneruskan usaha manisan pala. Ijoh ingin semakin banyak orang merasakan manfaat dari pala.Penulis: Melati Mewangi/@melatimew (Instagram)Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta!

Ir. H. Juanda: Pahlawan Nasional, Pejuang Berdirinya Bendungan Jatiluhur
Inspirasi

Ir. H. Juanda: Pahlawan Nasional, Pejuang Berdirinya Bendungan Jatiluhur

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Ada lagi nih, pahlawan memiliki jasa besar terhadap pembanguan Purwakarta di masa silam. Beliau adalah Ir. H. Djuanda Kartawidjadja yg merupakan sosok pahlawan nasional asal bumi Pasundan dan berjasa besar dalam pembangunan Bendungan Jatiluhur, Purwakarta.Ir. H. Djuanda sendiri adalah kelahiran Tasikmalaya. Beliau adalah Perdana Menteri RI terakhir dan memimpin kabinet Karya (1957 – 1959). Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, lulusan Technische Hogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) – sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus, dia memilih mengabdi di tengah masyarakat dengan mengajar di SMA Muhammadiyah di Jakarta dengan gaji seadanya. Padahal, kala itu dia ditawari menjadi asisten dosen di Technische Hogeschool dengan gaji lebih besar.Hingga menjabat menteri di antaranya Menteri Perhubungan, Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan Pertahanan. Beliau bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih memperjuangkan terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum internasional yg menghabiskan biaya besar.Pada kunjungan terakhirnya Ir. Soekarno menyampaikan perintah untuk menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatiluhur pada akhir April 1966, namun tidak terlaksana karena pemberontakkan G 30 S PKI.Peresmian Bendungan Ir. H. Djuanda sendiri dilakukan oleh Presiden RI Kedua Jenderal Soeharto pada tanggal 26 Agustus 1967. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan Bendungan Ir. H. Djuanda hingga selesai adalah US$ 230 juta. Biaya ini meliputi biaya dalam bentuk dolar dan rupiah.Untuk mengenang jasa Ir. H. Djuanda (nama lengkap Ir. H. R. Djoeanda Kartawidjaja) dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan Jatiluhur, bendungan ini dinamakan secara resmi Bendungan Ir. H. Djuanda.Saat ini, bendungan Ir. H. Djuanda menjadi salah satu objek wisata yang ada di Purwakarta dan menjadi kebanggaan Urang Purwakarta dengan berbagai daya tarik, baik pesona keindahan alam maupun kuliner ikan air tawarnya yg mengundang wisatawan untuk berkunjung ke Purwakarta.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta

Tentang

Urang Purwakarta adalah Platform anak muda yang memuat seputar informasi Purwakarta.

Instagram

Keranjang
Keranjangmu Kosong Nih!
Yuk! bantu isi keranjang biar saya senang :)