Merinding, Ternyata Bukan Mitos. Inilah Penampakan 'Ular Naga' di Pegunungan Sanggabuana!
Sejarah

Merinding, Ternyata Bukan Mitos. Inilah Penampakan 'Ular Naga' di Pegunungan Sanggabuana!

Hai kamu Urang Purwakarta Terbaik! Ular naga selama ini disebut sebagai hewan mitologi. Ular tersebut ternyata benar-benar ada dan tinggal di kawasan Pegunungan Sanggabuana. Secara geografis, gunung Sanggabuana ini berada di beberapa wilayah kabupaten Karawang, Purwakarta dan Cianjur.Hewan berdarah dingin ini ditemukan oleh Sanggabuana Conservation Foundation (SCF). Ular itu ditemukan di aliran sungai Curug Cikoleangkak, yang merupakan salah satu air terjun, yang berlokasi di wilayah Puncak Sempur, Pegunungan Sanggabuana."Ular naga ini bernama latin Xenodermus javanicus ini adalah jenis ular dari famili Xenodermidae. Ular ini ditemukan dengan ukuran panjang sekitar 50 sentimeter dan merupakan satwa endemik Jawa," kata Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Deby Sugiri.Ia menuturkan ular naga Jawa tersebut tidak akan ditemukan di pulau lain. Berbeda dengan naga dalam mitologi yang mempunyai sayap, ular naga Jawa yang ditemukan ini tidak mempunyai sayap dan tidak pula memiliki senjata api dari mulutnya. Disebut ular naga karena memiliki sisik yang unik, berbentuk menonjol seperti duri pada naga.Temuan ular naga jawa di gunung Sanggabuana ini menambah daftar temuan hasil eksplorasi, yang selanjutnya akan dikaji dan perlu masyarakat tahu sebagai upaya sosialisasi untuk menjaga kelestarian alam pegunungan Sanggabuana.Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta

Legend Banget! Dibuat Tahun 1911, Inilah Kotak Pos 'Brievenbus' Tertua di Kabupaten Purwakarta
Sejarah

Legend Banget! Dibuat Tahun 1911, Inilah Kotak Pos 'Brievenbus' Tertua di Kabupaten Purwakarta

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Cobi siapa yang pernah lihat kotak surat pos seperti ini? Ya, benar, di Kabupaten Purwakarta hanya tinggal 2 (dua) buah yang sekaligus menjadi semacam gapura di depan Kantor Pos dan Giro Purwakarta.Kotak surat ini bertuliskan "Brievenbus" yang berarti kotak surat pada bagian depan atas (kepala). Tulisan "Buslichting" pada bagian badan (dada).Terdapat juga tulisan "De Lichting No. ... (1, 2, 3, 4)" yang berarti nomor batch yang justru keberadaannya belum diketahui dan tulisan "Is Geschied" yang berarti telah terjadi atau telah selesai dikerjakan. Juga tulisan "Diepenbrock & Reigers Ulft - 1911" yang berarti nama pabrik atau perusahaan pabrikan Diepenbrock & Reigers, Ulft, dengan tahun pembuatan 1911 pada sebelah kanan dan kiri bagian atas (kepala).Penggunaan kotak surat pos ini kabarnya pertama kali digunakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1829 di Kantor Pos Batavia. Sedangkan penggunaannya untuk umum disediakan di Semarang pada tahun 1850 dan di Surabaya pada tahun 1864 dan menjamur ke seluruh cabang kantor pos di Hindia-Belanda.Kotak surat seperti ini digunakan antara tahun 1851 dan 1964 di negeri Belanda. Sampai tahun 1897, pengecoran L.J. Enthoven di Den Haag, yang populer disebut De Pletterij, memiliki hak eksklusif untuk memproduksi kotak surat ini. Sampai tahun 1930, kotak surat ini masih dibuat oleh DRU (Diepenbrock & Reigers Ulft) dan pengecoran besi Nering Bögel dari Deventer.Kotak surat ini dibuat dengan bahan besi cor atau besi tuang, mempunyai ukuran tinggi +/- 200 cm, ukuran panjang/lebar/tinggi badan besi 36 x 52 x 127 cm, ukuran panjang/lebar/tinggi alas kaki kaki besi 56 x 92,50 x 8 cm dengan berat +/- 360 kg.Terdapat tempat penampung di dalam yang dapat dikunci di kotak surat pos ini pada saat itu. Penampung ini hanya bisa dikosongkan oleh petugas pos resmi di kantor pos.Sayangnya kotak surat yang ada di depan Kantor Pos dan Giro Purwakarta sudah tidak digunakan lagi. Jadi kini kotak surat ini digunakan hanya sebagai pajangan dan memori sejarah pos di Purwakarta.sumber: Ahmad Said Widodo dalam https://www.kompasiana.com/ahmad25847Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta!

Ngak Banyak yang Tahu, Inilah Lokasi Titik '0' (Nol) Kilometer Kabupaten Purwakarta. Di mana Coba?
Sejarah

Ngak Banyak yang Tahu, Inilah Lokasi Titik '0' (Nol) Kilometer Kabupaten Purwakarta. Di mana Coba?

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Jika selama ini mangbro dan tehsist hanya tahu jarak antara Purwakarta Jakarta adalah sekitar 114 Km, tapi pernahkah bertanya dari manakah awal perhitungan jarak tersebut?Ternyata perhitungan jarak Purwakarta dengan kota-kota lainnya bermula dari titik '0' (nol) kilometer Purwakarta. Nah, ada yang tahu heunteu dimanakah lokasi titik '0' (nol) kilometer Purwakarta?Titik '0' (nol) kilometer Purwakarta ini terletak di Jalan RE. Martadinata (Jalan Tengah) dekat dengan perempatan antara kawasan Pemda Purwakarta (alun-alun) dan Situ Buled atau Taman Sri Baduga Maharaja Purwakarta.Titik '0' (nol) kilometer ini menjadi titik mula pengukuran jarak antara Purwakarta dengan kota-kota lainnya loh.Meskipun hanya berbentuk tugu kecil biasa dan bahkan sudah berlumut, tapi ternyata titik '0' kilometer ini memiliki sejarah, hal ini dikarenakan biasanya keberadaan titik '0' kilometer ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan di beberapa kota lain di Indonesia, tugu titik '0' (nol) ini menjadi lokasi yang iconic.Nah, sudah tahu kan sekarang titik '0' (nol) kilometer Purwakarta lokasinya dimana? Semoga bisa sedikit menambah pengetahuan mangbro dan tehsist tentang kampung halaman kita tersyahdu nan istimewa, Purwakarta!Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta!

Kelas, Dijuluki 'The Brothers' Inilah 4 Kecamatan Senior di Kabupaten Purwakarta!
Sejarah

Kelas, Dijuluki 'The Brothers' Inilah 4 Kecamatan Senior di Kabupaten Purwakarta!

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Tahu henteu guys, sebelum memiliki 17 kecamatan seperti sekarang ini. Awal mulanya kabupaten Purwakarta hanya punya 4 (empat) kecamatan loh yang dijuluki 'The Brothers'.Yups, ketika pertama kali dibentuk sebagai kabupaten Berdasarkan UU No. 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 Purwakarta hanya memiliki 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Purwakarta, Plered, Wanayasa dan Campaka dengan jumlah desa sebanyak 70 desa.Menurut Jajat Suharja S.Pd selaku mantan pengawas kebudayaan kecamatan Campaka Dinas Pendidikan Kab. Purwakarta julukan 'The Brothers' yang ditujukan kepada 4 kecamatan tersebut muncul atau sering terdengar disaat rapat dinas atau pemerintahan."Pas diabsen atau disela-sela percakapan santai setelah rapat di kabupaten, seringkali disebut tuh. Coba mana perwakilan kecamatan - kecamatan senior, para brothers nih." ungkapnya.Tidak tahu pasti istilah itu berawal dari mana, tapi nampaknya terinspirasi dari bahasa film-film barat. Seperti halnya film Rambo yang booming tahun 1980-an."Mungkin dari film-film Barat yang ditonton melalui layar tancep. Kan dulu gak ada internet. Sumber-sumber bahasa asing yang ditiru palingan diadaptasi dari nonton film tersebut, kaya film Rambo."Bahkan tidak hanya istilah asing. Julukan lokal seperti kecamatan sepuh, kecamatan suhu atau lanceuk-lanceuk (Kakak) na kecamatan sering terucap."Gak brothers aja, tapi sering disebut juga kecamatan sepuh, suhu, lanceuk (kakak) karena mungkin empat kecamatan tersebut secara legal formal kenegaraan paling pertama ada. Ibaratnya jadi orang tua/kakak bagi kecamatan-kecamatan lainnya"Hingga akhirnya sekarang, Purwakarta memiliki 17 kecamatan, 9 kelurahan dan 183 desa.Well, cung Mangbro & Tehsist yang tinggal di kecamatan senior 'The Brothers'?Yuk Semangat!Proud to be Urang Purwakarta!

R.A.A. Suriawinata, Bupati yang Pindahkan Ibu Kota Kabupaten dari Wanayasa ke Purwakarta!
Sejarah

R.A.A. Suriawinata, Bupati yang Pindahkan Ibu Kota Kabupaten dari Wanayasa ke Purwakarta!

Hai Kamu Urang Purwakarta Terbaik!Tahu henteu, kalo dulu Purwakarta merupakan bagian dari kabupaten Karawang yang ibukota kabupatennya berada di Wanayasa? Hingga akhirnya, seorang Bupati memindahkannya ke Sindangkasih dengan nama Purwakarta!Bupati tersebut bernama Raden Adipati Aria (RAA) Suriawinata yang dilahirkan di Bogor sekitar tahun 1811. Beliau dijuluki 'Dalem Sholawat' karena dikenal sangat taat menjalankan ajaran agama Islam dan setiap waktu di setiap tempat, selalu membaca Shalawat. Bahkan, menurut sumber lain disebutkan pemindahan Ibukota kabupaten dilakukan Dalem Sholawat berusia sekitar 20 tahun.Menurut catatan sumber Kolonial Hindia Belanda, Java Bode, pemindahan Ibukota Kabupaten Karawang dari Wanayasa ke Sindangkasih terjadi pada Sabtu, 9 Januari 1830 melalui berbagai pertimbangan.Pertama, letak Sindangkasih cukup strategis bagi jalannya pemerintahan, karena berada di bagian tengah daerah Karawang. Kedua, tanahnya subur dan areanya memungkinkan untuk dikembangkan. Ketiga, memiliki sumber air, yaitu kolam (situ, empang) yang kemudian dibangun menjadi Situ Buleud. Keempat, suhu udara di Sindangkasih berhawa sedang-panas yang sangat disenangi oleh para pejabat kolonial (residen dan asisten residen). Kelima, keberadaan Cikao sebagai pelabuhan sungai, jadi faktor penting bagi kehidupan ekonomi masyarakat daerah setempat.  Setalah dipindahkan, sebagian dari daerah itu segera dibangun. Hingga Sindangkasih ditetapkan sebagai ibukota Kab. Karawang berdasarkan Besluit (Surat Keputusan) Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tanggal 20 Juli 1831 Nomor 2 (Lampiran 1), dengan nama baru, Purwakarta. Nama Sindangkasih tetap digunakan, yaitu sebagai kelurahan di Purwakarta.Sekitar 21 tahun, Dalem Sholawat memimpin Purwakarta, mulai dari 1828 ketika pusat ibukota masih di Wanayasa. Kemudian tahun 1830 berpindah ke Sindang Kasih yang kelak berganti nama menjadi Purwakarta. Hingga akhirnya tahun 1849, Dalem Sholawat ditugaskan sebagai Bupati Bogor hingga wafatnya beliau tahun 1872.sumber: kompasiana.com/Ahmad Said Widodo

Tentang

Urang Purwakarta adalah Platform anak muda yang memuat seputar informasi Purwakarta.

Instagram

Keranjang
Keranjangmu Kosong Nih!
Yuk! bantu isi keranjang biar saya senang :)